Agar Dompet Tak Bolong Setelah Menikah

acehbaru.com – Felicia dan Dion sejatinya sudah lama mempersiapkan dana untuk melangsungkan pernikahan. Bahkan sebelum sepasang kekasih ini mantap untuk melenggang ke pelaminan, mereka sudah berinisiatif menyisihkan sebagian pendapatannya masing-masing untuk biaya pernikahan kelak.
Tapi tidak selamanya rencana bisa berjalan mulus. Ketika sudah mantap menikah dan mulai melakukan survei kebutuhan pernikahan, Felicia dan Dion terkejut. Ternyata biaya menggelar resepsi pernikahan mulai dari pakaian, katering, hingga sewa gedung jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Dana yang sudah dipersiapkan pun ternyata tak mencukupi.
Kebetulan, saat membaca majalah yang membahas seputar pernikahan, Felicia melihat iklan tawaran kredit dari sebuah bank. Bank itu menawarkan kredit tanpa agunan untuk kebutuhan biaya pernikahan. Setelah melakukan riset dan berdiskusi dengan keluarga, sepasang calon pengantin ini sepakat mengajukan permohonan kredit untuk menutupi kekurangan biaya pernikahan.
Urusan biaya pernikahan memang kerap membuat pusing calon pengantin. Apalagi kalau jumlah kerabat dan keluarga yang perlu diundang banyak. “Makin banyak yang diundang, makin besar biaya yang dibutuhkan,” cetus Winni Chandra,  pemilik wedding organizer Double U Wedding.
Biasanya, pengeluaran terbesar dalam penyelenggaraan pernikahan adalah pengeluaran untuk konsumsi, yang bisa mencapai 50% dari total pengeluaran. Sementara untuk gedung sekitar 10%–20% dari pengeluaran, dan sisanya untuk baju pengantin, undangan serta kebutuhan lain.
Mengajukan kredit ke bank bisa jadi pilihan untuk menutupi kekurangan dana saat menggelar pernikahan. Perbankan memang menawarkan kredit untuk keperluan penyelenggaraan pernikahan. “Karena permintaan untuk itu memang ada, jadi bank juga melihat ke arah sana,” tutur Fauziah Arsiyanti, perencana keuangan dari Fahima Advisory.
Ambil contoh Bank Mandiri. Bank dengan aset terbesar di Indonesia ini menawarkan kredit tanpa agunan (KTA) untuk kebutuhan pernikahan maksimal hingga Rp 200 juta. Debitur bisa mencicil pinjaman selama tiga tahun. Bahkan, kalau gaji si kreditur disalurkan melalui Bank Mandiri, ia bisa mencicil hingga lima tahun.
Memakai dana pribadi
Meski bisa menjadi salah satu alternatif pendanaan biaya pernikahan, para perencana keuangan sejatinya tidak menyarankan calon pengantin menggunakan kredit demi membiayai pernikahan. Sebab, calon pengantin nantinya juga harus membayar bunga pinjaman.
Ujung-ujungnya, hal ini bisa membebani keuangan si pengantin ketika sudah mulai berumah tangga. “Ini sangat rentan bagi keluarga muda yang masih awam dan rapuh dalam hal pengeluaran keluarga,” sebut Zizi, sapaan akrab Fauziah.
Kalaupun terpaksa meminjam, para perencana keuangan menganjurkan calon pengantin mencari pinjaman dari keluarga atau kerabat. Selain tanpa bunga, si pengantin tidak terikat waktu pengembalian duit.
Tapi kalau dana pribadi dan dana pinjaman dari kerabat masih belum mencukupi juga, mencari dana ke bank bisa dilakukan. Bila sampai terpaksa mencari kredit ke perbankan, calon pengantin harus cermat berhitung agar kehidupan rumah tangganya kelak tidak sampai terbebani utang kepada perbankan.
Matangkan rencana pernikahan
Calon pengantin harus memiliki perencanaan pernikahan yang matang. Dengan begitu, calon pengantin bisa membuat perhitungan biaya pernikahan sejak awal. Bahkan, akan lebih baik jika calon pengantin bisa memastikan biaya yang akan dikeluarkan jauh-jauh hari.
Pengeluaran terbesar dalam menggelar pernikahan biasanya adalah biaya konsumsi dan gedung. Agar lebih hemat, Winni bilang, calon pengantin bisa memastikan pemesanan katering dan gedung jauh-jauh hari.
Biaya gedung dan katering pernikahan biasanya mengikuti harga ketika perjanjian dibuat. “Misal nikahnya tahun depan, maka jika diikat tahun ini maka harganya sesuai harga tahun ini,” imbuhnya.
Buat rencana alokasi dana yang ada
Setelah membuat perhitungan biaya pernikahan, calon pengantin bisa membuat perhitungan alokasi pendanaan yang tersedia. Perencana keuangan Shildt Consulting Budi Rahar-djo bilang, pengeluaran terbesar dalam penyelenggaraan pernikahan sebaiknya menggunakan sumber dana pribadi. “Misalnya untuk konsumsi habis sekian rupiah, mempelai bisa mempersiapkan dana sejak awal untuk memenuhi target tersebut,” terang Budi.
Bila dana pribadi sudah habis dialokasikan, calon mempelai bisa mengalokasikan dana pinjaman dari kerabat atau keluarga untuk kebutuhan pernikahan yang harus ada. Kalaupun dananya masih kurang, barulah meminjam dari perbankan.
Satu hal yang harus diingat, calon mempelai harus memastikan jumlah kredit yang diajukan ke bank sebaiknya adalah jumlah minimal dana yang dibutuhkan. Dana kredit bank hanya boleh dipergunakan sebagai penutup kekurangan biaya penyelenggaraan pernikahan. “Jangan sampai dana kredit menjadi dana ekstra atau dana tam-bahan untuk memperbesar pesta,” tegas Budi.
Dengan demikian, utang pengantin ke bank bisa ditekan. Harapannya, setelah memulai kehidupan rumahtangga, keuangan pengantin tidak terganggu kewajiban pembayaran utang ke bank. “Jadi harapannya setelah menikah mereka bisa mengajukan kredit lain, seperti kredit rumah atau kendaraan,” kata Muhammad Ichsan, perencana keuangan dari Prime Planner Family.
Atur cicilan agar tidak memberatkan
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan calon mempelai saat mencari kredit untuk tambahan biaya nikah, yakni jangka waktu kredit, bunga, dan nilai kredit. Calon pengantin sebaiknya mematok jangka waktu pinjaman tidak terlalu panjang. Meski biasanya perbankan memberi jangka waktu hingga tiga tahun, lebih baik bila calon pengantin bisa melunasi pinjaman kurang dari waktu tersebut. “Menurut saya tiga tahun sudah terlalu lama untuk tenor kredit biaya pernikahan,” ujar Budi.
Ia menganjurkan agar tenor pinjaman kredit tidak lebih dari satu tahun. Pasalnya, semakin lama tenor pinjaman, maka akan semakin sulit pula bagi pengantin untuk memenuhi kebutuhan perencanaan keuangan sebagai keluarga lantaran masih harus menanggung beban utang pada bank.
Bahkan, bila sudah memastikan perhitungan pengeluaran untuk pernikahan, calon pengantin dapat mengajukan kredit sejak jauh-jauh hari sebelum pernikahan dilangsungkan. Dengan demikian, saat pernikahan berlangsung, utang yang tersisa sudah tinggal sedikit, atau bahkan telah lunas dibayar.
Calon pengantin juga perlu rajin-rajin melakukan riset berbagai tawaran kredit tanpa agunan untuk pernikahan dari berbagai bank. Bandingkanlah ragam produk kredit yang ditawarkan bank. Pilih yang menawarkan bunga lebih rendah. Dengan begitu, keuangan keluarga di masa depan tidak akan terlalu terbebani utang.
Selain itu, pastikan porsi kredit tidak melebihi 15% dari total pendapatan kedua mempelai. Alhasil, pengantin tidak terlalu kerepotan mengatur pendanaan untuk kebutuhan sehari-hari setelah menikah.
Atau bisa juga, cicilan kredit maksimal 35% dari take home pay salah seorang mempelai. “Kalau setahun, maksimal 70% total pendapatan setahun seorang mempelai,” ujar Budi. Sementara pendapatan pasangannya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup lain.
Jadi, harus cermat bila ingin menikah dengan bantuan dana dari perbankan. | Kontan.co.id |

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn

Berita Terkait