Beda Dewan & Mahasiswa Kibarkan Bendera Aceh Merdeka

Momen 10 tahun perdamaian Aceh menjadi agenda penting di Aceh. Tentunya ureung yang na mah, macam politisi Partai Aceh. Tapi mahasiswa juga tidak ketinggalan mengibarkan bendera aceh merdeka dengan tujuannya sendiri dihari perdamaian tersebut.

Bermula di Banda, mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa dikantor DPRA menuntut implementasi Qanun Nomor 3 tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh, dengan cara mengibarkan bendera merah putih bergaris hitam tapi ada bulan sabit dan bintanya juga, mirip bendera GAM saat berseteru dengan pemerintah kolonialis Jakarta.

Mahasiswa UIN Ar Raniry  mengibarkan Bendera Bintang Bulan di Gedung DPR Aceh, Sabtu, 15 Agustus 2015 | Foto Serambi
Mahasiswa UIN Ar Raniry mengibarkan Bendera Bintang Bulan di Gedung DPR Aceh, Sabtu, 15 Agustus 2015 | Foto Serambi

Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Gaya polisi model bawa senjata, ya maklum watak dan karakter polisi Indonesia berkeliaran dalam lingkungan sipil juga bersenjata lengkap, macam warga diwaspadai?

Ya mau ngapain lagi kalau bukan mengarahkan senjata pada aksi mahasiswa itu. Letupan senjata produk pindad terdengar membuat medhuep-dhuep jantoeng beberapa mahasiswa, gagah that awak nyan lage tuhan pecabut nyawa saat konflik, bendera-bendera hana jadeh jiek.

Itu akibat pola-pola seram, menakutkan dan betapa sadisnya perbuatan penegak hukum dalam mengatasi persoalan yang dilakukan sipil tak bersenjata. Cara-cara yang patut dikutuk oleh semua pihak, trik press mental yang patut didoain supaya menadapat ganjaran setimpal dari Allah ta’ala (hana pat taharap laen, ‘tuhan ‘ laen hana jelah).

Nyoe hai yoe aneuk-aneuk miet, itu sama dengan membonsai kreativitas muda mudi dalam berkreasi dinegara berdemokrasi, negara apaan ini kalo aksi aja pake bedil, icah teuh bak takalon harimau kupas meunan.

Menurut Budi Azhari, tukang jak tueng mahasiswa wate idrop le polisi, mengatakan pengibaran Bendera Bintang Bulan oleh Anggota dan Ketua DPRK Aceh Utara dari PA itu sudah tepat, “krn semestinya yg mengibarkan Bendera Bintang Bulan itu harus dimulai oleh anggota2 Dewan terutama dari PA/KPA bukan masyarakat” kata dia di Facebooknya.

Dan seharusnya juga di ikuti oleh semua anggota PA di Kab/Kota lain di Aceh, terutama DPRA. Kalau anggota Dewan PA saja tidak berani, bagaimana dgn masyarakat? Bukankah dulu demi selembar Bendera Bintang Bulan itu siap mati? 

Mungkin ini yang sangat ditakutkan oleh dosen Unsyiah itu. Karena mahkluk ciptaan Allah tersebut juga hidup dan besar di Aceh, jadi sangat mengerti situasi dan metode penanganan aksi mahasiswa oleh pria yang dipersenjatai negara.

Dia ingin memberi apresiasi kepada GAM GAM yang jadi anggota dewan. Semangat militansi mereka yang juga pernah memegang senjata dan pengaruh suhu ureung meujabatan sehingga tidak ada suara senjata dalam pengibaran bendera Aceh tak jadi Merdeka di Kota Lhokseumawe.

Jadi harap semua, bek Aceh Utara sagai, bek peugam-gam droe bak PA, dewan laen dum bek gadoeh hana meupue, peuek bendera bek peugah kha, peugoet bendera beuleubeh raya lom bak bendera mirah puteh di gunong Halimon, bek yue bak ureung gampoeng ile, droe doeng ilikoet, ban itimbak ka kheun hana roeh long, meunan kheun bang Caha, Sawang.

Ayah Nabil juga menjelaskan sedianya semua untuk memahami dan mengerti bahwa Aceh sudah final disepakati oleh elit GAM berada dibawah payung konstitusi Indonesia. “Skrg sudah damai, walaupun Bendera Bintang Bulan di kibarkan seluruh Aceh, kita tetap dibawah NKRI, krn itu sudah menjadi komitmen kita semua berdamai dan tetap menjadi bagian NKRI” tulisnya. 

| SBK |

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn

Berita Terkait