Ini Cerita Pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran

Jakarta | acehbaru.com- Kepala politik Hamas Ismail Haniyeh telah dibunuh di Teheran, ibu kota Iran dalam sebuah serangan yang dituduhkan oleh kelompok tersebut kepada Israel. Pembunuhan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan, beberapa jam setelah Israel menyerang Lebanon dan menargetkan komandan senior Hizbullah.

Hamas dan Hizbullah, bagian dari “poros perlawanan” yang dipimpin Iran, telah terlibat dalam konflik dengan Israel sejak perang Gaza yang dimulai pada 7 Oktober lalu.

Ismail Haniyeh telah terbunuh dalam serangan yang dilakukan oleh Israel di bagian utara Teheran. Menurut media pemerintah Iran, serangan tersebut menghantam gedung tempat tinggal Haniyeh dan pengawal pribadinya, Wasim Abu Shaaban. Kediaman Haniyeh, yang juga merupakan bangunan untuk veteran militer Iran, berada di bawah penjagaan ketat untuk melindungi delegasi asing yang datang untuk pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

Serangan ini terjadi beberapa jam setelah Haniyeh menghadiri upacara pelantikan Pezeshkian, di mana ia terlihat memeluk presiden baru di lantai parlemen. Presiden Pezeshkian menyatakan kesedihan mendalam atas kematian Haniyeh, sementara Khamenei dan IRGC telah berjanji untuk membalas serangan ini.

Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian di antara 110 delegasi asing, menurut pihak berwenang Iran. Dia terbunuh beberapa jam setelah memeluk Pezeshkian dengan hangat di lantai parlemen setelah sumpah jabatannya, ketika para anggota parlemen dan pejabat meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung perjuangan Palestina.

“Kemarin saya mengangkat tangannya yang penuh kemenangan dan hari ini saya harus menguburnya di pundak saya,” tulis Pezeshkian, presiden moderat yang didukung oleh kaum reformis yang telah berjanji untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Barat untuk mencabut sanksi-sanksi keras terhadap Iran.

Haniyeh dan pemimpin Jihad Islam Palestina Ziyad al-Nakhaleh telah bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei beberapa jam sebelumnya. Tidak jelas apakah al-Nakhaleh juga berada di dalam atau di dekat kediaman tempat Haniyeh terbunuh.

Beberapa jam sebelum pemimpin Palestina itu terbunuh, pesawat tempur Israel mengebom sebuah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut, menargetkan komandan Hizbullah Fuad Shukr di tengah-tengah konflik yang semakin memanas. Sedikitnya tiga orang tewas dan lebih dari 70 orang lainnya terluka.

Sekitar waktu yang sama, Amerika Serikat melakukan serangan di dalam pangkalan di selatan Baghdad yang dioperasikan oleh Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak yang menewaskan beberapa anggota kelompok yang didukung Iran.

Sementara itu, ketegangan antara Israel dan Lebanon juga meningkat. Pada 27 Juli, sebuah proyektil jatuh di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, menewaskan 12 anak-anak dan remaja. Israel menyalahkan Hizbullah, yang membantah terlibat, dan Teheran menyebut tuduhan tersebut sebagai “rekayasa” oleh Israel.

Pembunuhan Haniyeh, seorang tokoh kunci dalam perundingan gencatan senjata Gaza, diperkirakan akan mempersulit proses tersebut, mengingat situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Gaza dan tekanan internasional untuk menghentikan konflik. Sayap militer Hamas, Brigade Qassam, menyebut pembunuhan ini sebagai “kejadian berbahaya” yang akan berdampak besar di seluruh wilayah.

“Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden (Iran) yang baru,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Arabiya.

Haniyeh, yang selama sisa hidupnya tinggal di Qatar, telah menjadi wajah diplomasi internasional Hamas di tengah serangan Israel di Jalur Gaza yang masih berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Kematian Haniyeh sebagai salah satu negosiator Hamas dikhawatirkan akan menghambat peluang kesepakatan gencatan senjata dengan Israel di Gaza. (TEMPO)

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn

Berita Terkait